Selasa, September 22, 2009

Industry Revolution in England

Revolusi Industri di Inggris
Oleh: A Khudori Soleh
Sains atau pengetahuan, menurut Ziauddin Sardar,[1] adalah sebuah fenomena kultural. Pernyataan ini didasarkan atas pemikiran bahwa setiap kultur --disadari atau tidak, jelas atau kabur-- mempunyai pandangan sendiri mengenai dunia, masyarakat dan pengetahuan. Ia juga menghadapi problem-problem dasar manusia dan menunjukkan rasionalitasnya hingga tingkat tertentu, sehingga sebuah kultur mempunyai semacam pengetahuan atau sains. Di antara kultur yang ada saat ini, menurut Sardar, kultur Barat adalah yang paling unggul dan memiliki pengetahuan yang paling rasional.[2]
Meski demikian, apa yang telah dicapai oleh kultur Barat tersebut bukan sesuatu yang tanpa perjuangan. Kemajuan Barat sekarang adalah hasil perjalanan panjang yang akarnya telah dimulai sejak zaman renaisance,[3] lewat pergolakan politik, sosial dan ekonomi pada abad pertengahan. Tidak hanya itu, bahkan ia juga sangat dipengaruhi oleh adanya revolusi industri di Inggris.
Dilihat dari pengaruh yang ditimbulkannya, revolusi industri merupakan salah satu momentum sejarah yang luar biasa dalam sejarah peradaban Barat, karena dari revolusi industri ini kemudian terjadi perubahan besar dalam sistem perekonomian Barat dan berpengaruh terhadap sistem perdagangan dunia di fase berikutnya. Gejala timbulnya revolusi industri sendiri tidak hanya di sebabkan oleh satu hal, tetapi oleh berbagai faktor: politik, ekonomi, psikologi kebangsaan, struktur masyarakat, pengetahuan, dan lain-lain. Tegasnya, proses industrialisasi di Barat dipengaruhi oleh serentetan peristiwa sebelumnya (Renaissance, Aufklarung) dan perkembangan paham (Nasionalisme, Kapitalisme, Rasionalisme) yang terjadi di Eropa pada saat itu.[4]
Makalah ini membahas revolusi Industri di Inggris dengan hanya menfokuskan pada rentang waktu antara tahun 1760-1870 M.[5]

A. Latar Belakang
Revolusi yang terjadi di Eropa bukan sekedar serangkaian pergolakan politik dan sosial yang telah menimpa Prancis serta wilayah negara tetangga selama dasawarsa terakhir abad-18, tetapi lebih merupakan usaha akbar penduduk dunia Barat untuk mempercepat proses pembebasan manusia agar ia dapat lebih menikmati kebahagian duniawi.[6] Dimulai dari serangkaian penemuan wilayah baru atau tanah jajahan di Afrika, Asia, dan Amerika oleh pelaut-pelaut Eropa pada abad 15 dan 16, berkembanglah perdagangan lewat laut yang kemudian mengakibatkan terbentuknya kaum borjuis yang kaya dan sangat berpengaruh di Inggris, Belanda, Prancis, beberapa daerah di Jerman dan Italia. Kemunculan golongan menegah ini, yang menguasai sektor ekonomi dan melahirkan kapitalisme,[7] akhirnya berhadapan dan melahirkan ketegangan dengan tuan tanah yang telah mendominasi sebelumnya.
Kekacauan yang ditimbulkan dari ketegangan dua golongan tersebut pada gilirannya menjadi pokok renungan kaum intelektual saat itu untuk membebaskan diri dari konsep lama, pola pemikiran dalam bentuk kuno, yang disebut revolusi intelektual. Revolusi ini ditandai dengan penyebaran pencerahan, keberhasilan para filusuf dan karya-karya mereka. Mereka berupaya memperluas kemampuannya dalam menguasai alam dan memperbanyak pengetahuannya. Yang terpenting, dalam kaitannya dengan ekonomi, mereka bertekad mengurangi dan mengganti kerja kasar atau tenaga manusia dengan mesin. Kecenderungan ini terjadi menjelang tahun 1750, di Prancis, Jerman, Belanda dan terutama di Inggris.[8]
Dengan adanya bahan mentah yang melimpah dari tanah jajahan ditambah kecenderungan untuk efisiensi kerja untuk menghasilkan yang sebesar-besarnya, maka perdagangan yang ada saat telah menghapus ekonomi semi-statis abad-abad pertengahan menjadi kapitalisme yang dinamis yang dikuasai oleh pedagang, bankir, dan pemilik kapal. Inilah awal dari perubahan yang cepat dan keras dalam dunia ekonomi yang kemudian memunculkan Revolusi Industri, yang bukan hanya bergerak dalam perdagangan, tetapi meluas juga pada dunia produksi.[9]
Secara garis besar, revolusi industri mencakup beberapa hal; (1) mekanisasi industri dan pertanian; (2) Penggunaan energi untuk industri; (3) Perkembangan sistem pabrik; (4) Kecepatan yang luar biasa dari angkutan dan komunikasi; dan (5) Penambahan yang besar dari kontrol kapitalistik terhadap hampir semua cabang-cabang kegiatan ekonomi.[10]

B. Kemunculan Revolusi Industri.
Kapan sebenarnya revolusi industri di Inggris muncul? Tidak mudah untuk dijawab, karena persoalan ini sendiri masih dalam perdebatan para ahli.[11] Ada yang berpendapat bahwa revolusi industri dimulai sejak Abad Pencerahan, bahkan ada juga yang berpendapat sejak masa Yunani. Akan tetapi secara umum dikatakan bahwa revolusi industri berawal dari negara Inggris sekitar tahun 1760. Inggris mendahului negara-negara lainnya dalam hal pembangunan pabrik-pabrik yang menggunakan mesin-mesin berat. Di antara cabang-cabang industri yang dikembangkan saat itu, yang menjadi perintisnya, adalah sektor pemintalan, penenunan dan industri besi.
Meski demikian, jika diruntut kebelakang, revolusi industri tersebut sesungguhnya bukan permulaan dari rangkaian revolusi-revolusi yang lain. Sebaliknya, ia adalah “penutup” atau puncak dari revolusi-revolusi yang terjadi sebelumnya di Eropa. Di mulai dari revolusi kolonial pertama di Amerika Serikat (1774),[12] kemudian bangkitnya kelas menengah di Perancis, 1789,[13] muncullah revolusi industri di Inggris. Revolusi Industri di Inggris yang dimulai sejak permulaan tahun 1760 ini kemudian mendapat momentum yang besar pada abad ke-19.
Dalam perkembangan selanjutnya, revolusi industri ini kemudian merambah dan berpengaruh pada persoalan ekonomi dan sosial. Yakni merubah susunan masyarakat yang terutama berdasarkan hubungan-hubungan individual dan milik pribadi (betapa kecilpun) menjadi masyarakat yang mempunyai sistem dan ciri-ciri yang khas, adanya majikan. Mayoritas Ahli sejarah membagi gerakan itu pada dua fase, dengan menjadikan tahun 1860 sebagai tanda garis pemisah antara kedua tingkatan itu. Periode dari tahun 1860 hingga dewasa ini seringkali disebut sebagai revolusi Industri ke II.[14]

C. Mengapa di Inggris ?
Dalam pandangan sekilas, sangat mengherankan bahwa suatu kerajaan kecil bukan hanya menjadi pemimpin industri bagi dunia, tapi memegang tampuk pimpinan lebih dari satu abad. Seorang ahli filsafat modern menyatakan bahwa negeri Inggris hingga kira-kira pada abad ke-18 adalah “Negara yang paling miskin di Eropa Barat”. Bahkan pada zaman pertengahan, Inggris merupakan sudut yang terbelakang dalam kesatuan politik dan ekonomis Eropa, sebuah pulau terpencil di tepi barat. Jumlah penghuninya tidak mencapai empat juta (sedangkan Perancis lebih dari 20 juta). [15]
Dalam bidang ekonomi, Inggris juga masih dan sangat agraris. Tidak ada kota yang penting selain London, dan armada dagangpun tidak punya. Meskipun pulau itu dikunjungi sejumlah kapal asing, alasannya hanya karena pulau itu kaya domba. Bulu domba dari Inggris merupakan bahan mentah utama bagi pusat-pusat besar industri kain wool dikota-kota Vlaanderen dan Italia Utara. Pernah ada raja yang berusaha untuk mendirikan industri itu di Inggris dengan mengundang tukang-tukang dari daratan Eropa. Tetapi usaha ini tidak sesuai dengan kepentingan usaha-usaha besar. Karena itu, yang ada adalah industri-industri kecil di beberapa propinsi untuk keperluan sendiri. Hasil produksinya tidak bisa diekspor karena terlalu kasar dan sederhana untuk bisa bersaing dengan kain halus dari luar negeri.[17]
Akan tetapi, di sisi lain, Inggris mempunyai beberapa potensi yang menguntungkan. Pertama, jumlah penduduk yang relatif kecil dan penggunaan dana yang efektif. Pada tahun 1750, Prancis mempunyai perdagangan luar negeri 25% lebih besar dibanding. Akan tetapi, penduduk Prancis tiga kali lipat dari penduduk Inggris. Selain itu, Prancis sudah sampai pada batas keluasan imperiumnya, dan sebagian besar keuntungan perdagangan luar negerinya dipergunakan untuk peminjaman dan pajak untuk membiayai tentara yang sangat mahal dan istana yang megah. Sebaliknya Inggris baru pada tangga pertama dari abad keemasan dari kekuasaan dan kekayaaan. Ia telah memperoleh koloni-koloni yang sangat berharga dibelahan dunia sebelah Barat, dan segera menggabungkan supremasi imperium dan perdagangannya dengan mengalahkan Prancis pada perang tujuh tahun.[18]
Lebih dari itu, sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh Inggris dari perdagangan luar negerinya dipergunakan untuk penanaman modal yang produktif. Dibanding dengan negara lainnya, pemerintah Inggris dinilai lebih bersih, tidak korup dan tidak boros. Ongkos untuk pemeliharaan militernya lebih kecil dibandingkan dengan Prancis, sehingga sisanya dapat digunakan dan disalurkan pada hal-hal yang lebih menguntungkan tetapi efisien, lewat kepemilikan saham dan usaha-usaha besar.
Kedua, Inggris adalah bangsa kapitalis terkemuka. Pada permulaan abad ke-18, tidak ada negara yang memiliki perseroan kapital perdagangan yang lebih maju ketimbang Inggris. Perdagangan obligasi diatur sebagai perdagangan yang sah ketika The London Stock Exchange (Bursa Efek London) diresmikan pada tahun 1698. Pada tahun 1700 London mampu berkompetisi dengan Amsterdam sebagai kota uang dunia. Di samping itu Inggris memiliki sistem bank yang paling baik di Eropa. Pada puncaknya adalah Bank of England yang didirikan pada tahun 1694. Sekalipun didirikan dengan tujuan untuk mengumpulkan dana bagi pemerintah, bank itu diatur sebagai bank swasta.
Ketiga, adanya faktor-faktor politik dan sosial yang mendukung. Meskipun pada saat itu pemerintah Inggris jauh dari demokratis, tetapi ia bisa dikatakan lebih liberal dibandingkan sebagian besar pemerintahan di Kontinen. Revolusi Agung tahun 1688-1689 telah berjasa besar untuk menegakkan konsepsi kedaulatan terbatas. Doktrin itu sekarang secara luas diterima, bahwa kekuasaan negara tidak boleh melampaui batas melindungi hak alami dari manusia untuk kebebasan dan menikmati kekayaan. Di bawah pengaruh doktrin ini, Parlemen membatalkan hukum lama yang memberikan monopoli khusus dan campur tangan dengan kompetisi yang bebas.[19]
Selanjutnya mulailah dilakukan politik merkantilistis[20] yang ketat. Tetapi dibandingkan dengan merkantilistis Portugal, Spanyol, dan Perancis (dalam abad ke-XVI dan XVII), raja Inggris tidak cukup absolut kekuasaannya untuk menjalankan merkantilisme yang semata-mata fiskal (untuk menambah perbendaharaan raja). Untuk mendapat pengertian dan dukungan yang lebih umum, maka didirikanlah kompeni-kompeni bermonopoli untuk berdagang dengan laut Baltik (di mana perserikatan Hansa sangat diperlemah), dengan Levant (bagian timur laut tengah), dengan India dan China, dan terutama dengan kepulauan-kepulauan di teluk Meksiko (India Barat) serta koloni-koloni di Amerika Utara. Pada pertengahan abad ke-XVII Inggris merasa siap untuk menantang perkapalan dan angkatan laut saingannya (terutama Belanda) dengan memaklumkan “Navigation Acts”-nya dan sejumlah perang lautan.[21]
Dalam rangka perluasan perdagangan serta industri dan peningkatan kemakmuran, bulu domba dan industri kain bulu domba tetap memainkan peranan yang sangat penting. Hal ini memperkuat usaha-usaha tuan tanah yang disebut “Revolusi Agraria Pertama “ dan yang telah dimulai pada abad ke- XV ketika ekspor bulu domba ke daratan Eropa meningkat. Seorang tuan tanah pada umumnya mempunyai hak atas sepertiga dari tanah suatu desa. Tetapi bagian ini terpencar di antara bagian-bagian kaum tani dan dikerjakan oleh para petani itu dengan cuma-cuma, sedangkan tanah mereka sendiri dipajaki. Dalam menggarap tanah dan menyelenggarakan peternakan (domba) kaum tani masih menggunakan cara-cara lama dan sikap acuh tak acuh. Maka banyak tuan tanah (tentu saja dalam wilayah yang bersangkutan erat dengan pemeliharaan domba) minta persetujuan parlemen (yang mereka kuasai) untuk mempersatukan tanah bagian mereka yang tersebar. Ini berarti memotong wilayah desa dalam tiga bagian: sepertiga untuk tuan tanah dan yang dua pertiga dibagikan di antara kaum tani.[22]
Keempat, faktor cuaca. Kondisi udara kepulauan Inggris yang lembab sangat menguntungkan produksi pakaian dari kapas, karena benangnya tidak mudah rusak dan putus ketika dipintal oleh mesin. Selain itu, sistem gilda,[23] dalam produksi dan peraturannya yang banyak selamanya tidak pernah tertanam di Inggris, sebagaimana yang terjadi negeri-negeri Kontinental.[24] Bahkan peraturan-peraturan yang ditetapkan dibuang, terutama di negeri-negeri sebelah utara, pada akhir abad ke-17. Inilah yang menjadi salah satu alasan pokok mengapa revolusi industri mulai di Inggris Utara, tidak di daerah-daerah dekat Kontinen. Di samping itu, adanya pemerataan kekayaan daripada negeri-negeri yang lain, maka orang-orang yang mempunyai dapat memusatkan perhatiannya pada kwantitas produksi yang besar, dari bahan yang murah dan biasa lebih daripada membikin barang-barang mewah yang terbatas.[25]

D. Wujud Revolusi Industri.
Revolusi industri, pertama kali, ditandai dengan penggunaan mesin untuk pabrik pemintalan kapas. Dari tahun 1760 sampai 1870 banyak disaksikan penggunaan mesin-mesin ini. Salah satu ikhtiar yang dikembangkan adalah mesin pemintal benang yang diberi nama “Jenny” yang diciptakan James Hargreaves, pada tahun 1767, yang diambil dari nama istrinya. Hanya saja, mesin ini ternyata tidak kuat, sampai di temukannya kerangka air oleh Ricard Arkwight dua tahun kemudian. Pada tahun 1779, Samuel Croupton menggabungkan alat pemintal “Jenny” dengan karangka air menjadi sebuah mesin yang diberi nama “Mule”. Salanjutnya, ditemukan juga mesin tenun oleh Cartwright pada tahun 1785 yang disempurnakan beberapa tahun kemudian.[26]
Penemuan-penemuan ini, pada gilirannya mendorong munculnya sistem pabrik. Sebab, mesin pemintal benang, kerangka air, penggulung benang dan lainnya adalah mesin-mesin besar dan berat yang tidak bisa dipasang dioperasionalkan oleh seorang pekerja. Untuk itulah, pada tahun 1771, untuk pertama kalinya, Ricard A, penemu mesin kerangka air, mendirikan sebuah pabrik.[27]
Pada perkembangan selanjutnya, dengan ditemukan mesin uap yang bisa dipergunakan sebagai penggerak mesin berat, sistem pabrik menjadi semakin berkembang. Lebih dari itu, pada akhir abad ke 18, mesin-mesin temuan baru tersebut bahkan telah menjadi faktor dan alat utama dari sebuah sistem pabrik, yang pada gilirannya juga memberi pengaruh pada organisasi kerja. Cara kerja mesin dalam sebuah pabrik menjadi keharusan, sekaligus komplek, ruwet dan tentu mahal. Pada gilirannya, sistem kerja mesin-mesin dalam pabrik ini kemudian melahirkan temuan-temuan mesin baru yang mendorong lahirnya industri-industri besar berikutnya.[28]
Antara lain, penemuan dalam bidang tranportasi, kereta api, kendaraan bermesin (otomobil), navigasi uap (kapal uap), telegram dan alat-alat pertanian.[29]

E. Revolusi Industri Kedua.
Setelah berjalan satu abad, sekitar tahun 1860, Revolusi Industri memasuki fase baru yang berbeda dari apa yang sudah lalu, yang dikenal sebagai Revolusi Industri tahap kedua. Kejadian-kejadian yang terjadi pada periode itu terutama ada tiga hal: perkembangan proses Bessemer dalam membikin baja pada tahun 1856; penyempurnaan dinamo pada tahun 1873; dan penciptaan mesin pembakaran pada tahun 1876. Perbedaan antara Revolusi Industri tahap kedua ini dibanding tahap pertama adalah, (1) adanya penggantian baja ditempat besi sebagai bahan industri pokok; (2) penggantian batu arang dengan gas dan minyak sebagai sumber pokok tenaga dan penggunaan listrik sebagai bentuk pokok tenaga industri; (3) perkembangan mesin otomatis dan peningkatan yang tinggi spesialisasi buruh; (4) penggunaan campuran dan metal yang ringan dan hasil industri kimia; (5) perubahan radikal dalam transportasi dan komunikasi; (6) pertumbuhan bentuk-bentuk baru organisasi kapitalis; dan (7) tersiarnya industrialisasi di Eropa Tengah dan Timur dan bahkan di Timur Jauh. Satu dua kalimat rasa-rasanya perlu diberikan untuk menjelaskan setiap perkembangan yang penting itu.[30]

F. Penutup.
Pada bagian ini ada beberapa hal yang patut dicatat.
1. Lahirnya revolusi industri dilatarbelakangi oleh munculnya masyarakat kelas menengah yang memegang sektor ekonomi yang mampu bersaing dengan kaum feodal tuan tanah. Dalam kaitannya dengan masa sekarang, jika kita ingin bangkit menjadi negara besar berarti harus meningkatkan dan memperdayakan masyarakat kelas menengah. Ekonomi tidak boleh hanya dipegang oleh beberapa gelintir konglomerat tetapi harus diratakan di antara masyarakat, yakni kelas menengah. Kelompok ini harus menjadi meyoritas dalam sebuah negara, sehingga terjadi pemerataan dan kemakmuran.
2. Bahwa Inggris bisa menjadi pioner industri, setidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, adanya pemerintahan yang bersih dan profesional, clean goverment, yang mampu mengarahkan atau menginvestasikan kekayaan negara pada sektor-sektor yang benar-benar bermanfaat dan kongkrit, bukan pada sektor-sektor “luas” yang belum jelas hasilnya. Kedua, adanya persaingan pasar yang sehat pada pelaku ekonomi, tanpa adanya proteksi-proteksi atau monopoli-monopoli dari fihak-fihak tertentu. Ketiga, adanya kondisi dan sumber alam yang mendukung.
Ini bisa menjadi pelajaran bahwa dalam rangka meningkatkan ekonomi nasional kita yang terpuruk akhir-akhir ini, kondisi pasar yang baik dan sehat adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan, disamping dukungan sumber alam yang baik. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah terciptanya pemerintahan yang bersih dari KKN yang mampu memberikan arahan dan dukungan bagi terciptanya kemakmuran bersama. Kenyatannya, tanpa adanya clean goverment dan persaingan pasar yang sehat, Indonesia tetap saja miskin meski mempunyai sumber alam yang melimpah dan subur.
3. Perjalanan atau wujud dari revolusi industri ternyata dimulai dari bawah, dari mesin-mesin ringan dan sederhana, kemudian berkembang kepada mesin-mesin berat dan besar. Artinya, dalam mencapai high tecnology saat ini, kita hendaknya memperkuat basis industri kecil dulu yang sesuai dengan ketubuhan dan kemampuan masyarakat. Tidak bisa langsung dengan mesin besar dan berat, karena hal itu belum tentu terjangkau dan sesuai dengan kemampuan SDM masyarakat kita yang umumnya masih agraris. Di sini perlu realistis, berjalan secara gradual, tahap demi setahap, sesuai dengan kemampuan SDM yang ada.
4. Bahwa lahirnya industrialisasi di Inggris tidak hanya berpengaruh dalam bidang ekonomi tetapi juga berdampak pada kehidupan sosial, politik, budaya dan bahkan agama. Kenyataannya, munculnya industri besar telah membuat Inggris menjadi negara besar dan kuat, dalam bidang sains, budaya, teknologi. Artinya, ini juga menjadi peringatan bahwa kemajuan sains dan teknologi pasti mempunyai efek samping, baik atau buruk, disukai atau tidak, sehingga kita mesti juga memperhatikan masalah ini [.]

Catatan Kaki
[1] Ziauddin Sardar, Sains, Tekhnologi dan Pembangunan di Dunia Islam, terj. Rahmani Astuti, (Bandung : Penerbit Pustaka, 1989), 59.
[2] Ibid.
[3] Ziauddin Sardar, “The Quest of a New Science”, paper yang dikemukakan dalam CNAM Colloque, 4-6 Desember, 1975, Paris; juga paper-paper dari Muslim Institute No. 1, Open Press, Slough, 1976.
[4] J.M. Romein, Peradaban Eropa sebagai Penyimpangan dari Pola Umum, penterj. Noer Toegiman, (Bandung-Jakarta-Amsterdam, Ganaco N.V, 1956), 67-126.
[5] Arti kata Revolusi adalah perubahan ketatanegaraan secara fundamental yang menyangkut pembagian kekuasaan politik, status sosial, ekonomi, dan sikap budaya masyarakat. Revolusi biasanya diikuti oleh meluasnya dan meningkatnya tingkat kekerasan, mobilitas massa dan perjuangan ideologi. Revolusi dapat diawali oleh kudeta atau pemberontakan. Kondisi yang dapat menimbulkan revolusi ialah jika terjadi jurang yang tidak dapat diterima lagi antara harapan untuk memenuhi kebutuhan dan kebutuhan yang dapat benar-benar terpenuhi, serta terjadinya aliansi antara kelas menengah dikota (kaum intelektual, golongan profesi dan golongan borjuis), dan golongan petani dipedesaan, bukan hanya dalam melawan musuh yang sama melainkan juga dalam memperjuangkan cita yang sama. Sementara Revolusi Industri berarti : perubahan radikal dalam usaha mencapai produksi dengan menggunakan mesin-mesin, baik untuk tenaga penggerak maupun untuk tenaga pemproses. Lihat B. N. Marbun, S. H, Kamus Politik, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), 557-558.
[6] Terlebih dahulu manusia membebaskan diri dari pengekangan alam. Sejak berabad-abad ia membudidayakan jenis tanaman yang sama; ia harus tunduk pada resiko pada produksi yang sama pula, apabila hasil panen menurun maka hal ini berarti musibah; kekurangan pangan , dan acapkali terjadi kelaparan disertai dengan angka kematian yang tinggi. Masuknya tanaman baru di Eropa yang kebanyakan berasal dari Amerika maupun pengubahan metode pembudidayaan, menyebabkan angka kegagalan panenan menurun dan boleh dikatakan menghapus musibah kelaparan serta mengurangi bahaya kekurangan pangan. Inilah unsur-unsur revolusi pertanian yang mendatangkan kenyataan lain, yaitu revolusi kependudukan. Kependudukan dunia Barat mulai menunjukkan angka yang melonjak dengan pesat; bahkan sedemikian cepat sehingga dianggap perlu menanggulangi pertumbuhan ini, mengendalikannya , melalui rencana pembatasan kelahiran. Pembatasan ini mulai diterapkan pada abad 18 di sejumlah negara di sejumlah daerah sebelah Barat. Jacques Godechot, Revolusi di Dunia Barat (1770-1799), penterj. Tim Penerjemah Pusat Kebudayaan Prancis Surabaya, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press,1989), 202-203
[7] Kapitalisme, dalam bahasa Inggris capitalism. Dari kata Latin caput (kepala); kata capitalis dikaitkan dengan usaha mempertahankan kepala, kehidupan, kesejahteraan. Ungkapan klasik kapitalisme dikaitkan dengan Adam Smith. Dia menganjurkan permainan bebas pasar yang memiliki aturannya sendiri. Ia yakin dengan persaingan, pekerjaan dari tangan yang tak kelihatan akan menaikkan harga-harga kepada tingkat-tingkat alamiah dan mendorong tenaga kerja dan modal beralih dari perusahaan yang kurang menguntungkan. Pendek kata, usaha-usaha kompetitif manusia akan dengan sendirinya berubah menjadi kepentingan bersama (kesejahteraan bersama), Lihat : Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1996), 391 .
[8] Jacques Godechot, Revolusi di Dunia Barat (1770-1799), 203.
[9] Edward McNall Burns, Western Civilizations Their History and Their Culture, Edisi ke-5 Chapter: 23, New York, 1958, 631.
[10] Ibid.
[11] Mantoux, The Industrial Revolution in the Eighteen th Century, Reprint New York, 1961, 42-43.
[12] Pada mulanya Perang Tujuh Tahun adalah perjuangan antara emigran Prancis dan Inggris di Amerika. Perantau Inggris meraih kemenangan, sehingga mereka mengharapkan segala keuntunan dan tanah subur yang membentang dari pegunungan Appalachian sampai sungan Mississipi. Tetapi pemerintah Inggris juga menganggap dirinya sebagai pemenang dan mencadangkandaerah-daerah yang ditaklukkan itu bagi rakyat Kanada yang baru dikuasainya ataupun bagi para calon emigran. Maka pada tanggal 7 Oktober 1763, pemerintah Inggris melarang orang lain untuk bermukim di daerah-daerah tersebut. Lalu pemerintah memutuskan untuk kembali pada sistem perniagaan yang pernah berlaku pada zaman dahulu, yaitu “sistem ekslusif” yang melarang koloni untuk berdagang dengan negara lain kecuali negara induk. Disamping itu, berbagi pajak baru dikenakan di koloni-koloni tanpa dirundingkan terlebih dahulu dengan dewan-dewan setempat. Pada tahun 1765, Stamp Act mengenakan bea pada berbagai akta perdagangan dan koran. Semua tindakan tersebut menyebabkan ketidakpuasan yang besar dan protes yang menyeluruh. Puncak dari protes itu, diadakannya suatu kongres “kontinental” baru yang kali ini terdiri dari wakil semua koloni, diselenggarakan di Philadelphia pada tanggal 5 September 1774. Disampaikannya pada pemerintah Inggris sebuah protes tegas tapi moderat, yang menentang “peraturan-peraturan paksa”. Jacques Godechot, Revolusi di Dunia Barat (1770-1799), 14-16.
[13] Menurut tradisi, para sejarawan selalu beranggapan bahwa Revolusi Prancis berawal pada tahun 1789. Sebenarnya sudah dimulai dua tahun sebelumnya tetapi dalam bentuk perlawanan dewan-dewan Corps constitu yang sangat menyerupai pemberontakan yang terjadi di Amerika, Irlandia, Belanda dan Belgia. Di Prancis, mulai tahun 1789 revolusi akan melangkah lebih jauh. Tatkala perlawanan kaum bangsawan terhadap pemerintah melemah dan retak, digantikan oleh perlawanan kaum borjuis yang segera diperkuat oleh pemberontakan dahsyat kaum tani. Keterpaduan sementara ketiga pergolakan ini pada awal bualn Agustus, akan menghasilkan runtuhnya Ancien Rgime dan proklamasi prinsip-prinsip yang akn mendasarkan bukan saja rezim baru Prancis tetapi juga rezim-rezim baru di seluruh Eropa modern. Maka Revolusi Prancis pada tahun 1789 jauh lebih radikal dan jauh lebih kaya hasil-hasil yang tahan lama dripada revolusi di negara lainnya. Ibid, 43-44.
[14] Ibid.
[15] Tradisionalisme adalah sebuah teori sejarah abad ke-18, yang dikembangkan oleh para anggota kontrarevolusi di Perancis dan Spanyol. Gerakn ini lahir dari refleksi atas Pencerahan dan puncaknya dalam Revolusi Perancis. Dilancarkan oleh para pemikir Katolik, gerakan ini menuntut kembali ke pengendalian oleh Gereja. Gerakan ini juga bernama Ultramontanisme. Lihat : Lorens Bagus, Kamus Filsafat, 1116.
[16] Meulen, W.J.van der, Belajar dari Lahirnya Industrialisasi di Eropa, 30.Untuk penjelasan lebih lanjut lihat The Times Atlas of World History, Edited by Geoffrey Barraclough, Times Books, 1984, 210.
[17] Ibid.
[18] Edward McNall Burns, Western Civilizations Their History and Their Culture, 631.
[19] Ibid.
[20] Merkantilistis adalah politik ekonomi nasional yang melindungi industri sendiri dan mengusahakan peningkatan ekspor.
[21] Ibid
[22] Ibid.
[23] Gilda adalah sistem menyepuh dengan emas dalam produksi.
[24] Negeri-negeri Kontinental adalah negeri yang bertarak atau berbatasan dengan Benua Eropa, tanpa kepulauan Inggris.
[25] Edward McNall Burns, Western Civilizations Their History and Their Culture, 631.
[26] Ibid, 641
[27] Ibid, 643
[28] Ibid, 647. Kenyataan ini, misalnya, bisa dilihat pada mesin yang diciptakan Thomas Newcomen yang kemudian mendorong munculnya mesin uap yang lebih modern, yang diciptakan James Watt, seorang saintefic dari Univ. Glasgow, 1763. Penemuan Watt ini, pada gilirannya mendorong munculnya pabrik baja dan produk-produk baja, karena mesin ciptaan Watt menuntut bahan-bahan yang lebih keras.
[29] Ibid, 649
[30] Ibid.

Untuk mengakses artikel ini secara lengkap dan artikel lainnya dalam document scribd, klik disini

0 komentar:

Popular Posts

Guestbook Slide

Family Album

My Published Books

  © Blogger templates Islamic Philosophy by A Khudori Soleh Juni 2009

Back to TOP